Pengertian Standard Costing dan Bedanya dengan Actual Costing 

Komerce.id – Beberapa perusahaan akan menggunakan metode standard costing untuk bisa menjadi parameter dalam mengetahui jumlah biaya yang terjadi selama proses produksi. Tujuannya adalah untuk pengendalian dan pencegahan terjadinya pemborosan dalam biaya produksi.

Hal tersebut berbanding lurus dengan tujuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak. Memang hal ini sudah menjadi bagian dari manajemen bisnis untuk menerapkan metode pengendalian ini sehingga manajer bisa melakukan pengelolaan anggaran dengan tepat.

Agar bisa mengenal poin-poin penting dalam pengambilan keputusan di sebuah perusahaan maka dibutuhkan ilmu ekonomi ini. Pada pembahasan ini kamu akan memperdalam pengetahuan mengenai pengertian, komponen, manfaat, jenis, kekurangan standard costing, dan perbedaan dengan actual costing.

Baca juga: Apa Itu Absorption Costing

Pengertian Standard Costing

Pengertian standard costing
Pengertian standard costing, sumber gambar: pexels.com

Berdasarkan bahasa, standard costing adalah sebutan lain dari biaya standar. Biaya ini menjadi sebuah tolok ukur tersendiri dalam pendanaan dalam aktivitas produksi produk di perusahaan.

Pada biaya standar ini biasanya akan diasumsikan dari beberapa sudut pandang seperti efisiensi, ekonomi, serta faktor lainnya. Untuk penentuannya sendiri biaya ini akan dilakukan di awal sehingga bisa menjadi dasar untuk proses pengeluaran biaya.

Biasanya nantinya akan terjadi biaya aktual tidak sesuai dengan biaya standar. Oleh sebab itu, yang akan digunakan sebagai penilaian yang tepat adalah biaya standar. Dengan begitu maka asumsi dasar sebelumnya tidak akan mengalami perubahan.

Manfaat Standard Costing

Seperti yang dijelaskan bahwa biaya standar lebih digunakan untuk pengendalian biaya. Yang bisa melakukan hal ini adalah manajer perusahaan dalam memperkirakan jumlah biaya pada aktivitas yang dilakukan. Sebelum menentukan berapa besaran dari biaya standar? Tentu harus melakukan riset.

Asumsi-asumsi yang digunakan harus realistis sehingga pelaksanaan operasional perusahaan bisa berjalan dengan efektif.

Selain itu, metode biaya standar juga bisa memberikan sebuah pedoman atau gambaran mengenai berapa biaya yang harus digunakan pada operasional perusahaan? Saat diketahui dengan asumsi yang realistis maka pemborosan perusahaan tentu saja bisa dihindarkan.

Baca juga: Cara Menghitung Inventory Cost

Komponen dalam Standard Costing dan Rumusnya

Komponen dalam standard costing dan rumusnya
Komponen standard costing dan rumusnya, sumber gambar: pexels.com

Untuk menentukan biaya standar memang tidak bisa sembarangan sehingga harus mencari asumsi yang tepat. Oleh sebab itu, terdapat komponen utama yang bisa dimasukkan ke dalam biaya standar ini, seperti:

1. Tenaga Kerja Langsung

Pertama, komponen yang harus dihitung adalah tenaga kerja langsung. Yang dimaksud adalah pegawai yang langsung turun tangan untuk menyentuh produk dalam proses produksi. Untuk upah yang diberikan akan tergantung pada tarif per jamnya.

Oleh sebab itu, saat ingin menghitungnya bisa dengan menggunakan rumus di bawah ini:

Jam kerja setiap karyawan x tarif per jam.

2. Bahan Langsung

Kemudian, biaya selanjutnya adalah bahan langsung atau yang sering disebut dengan bahan baku. Bahan baku ini memiliki persentase lebih besar penggunaannya dan memang menjadi bahan utama. Biasanya pencarian bahan langsung ini akan dicari harga yang paling murah dengan kualitas bagus.

Dan pada komponen ini juga memiliki perhitungan tersendiri dengan rumus di bawah ini:

Jumlah tiap bahan x harga bahan.

3. Biaya Overhead

Untuk biaya selanjutnya dan memiliki keunikan tersendiri adalah biaya overhead. Biaya pendukung ini memiliki sifat tetap dan variabel. Untuk sifat tetap berarti harus dikeluarkan dalam jumlah yang sama sedangkan sifat variabel berarti nominalnya berubah-ubah dan tidak selalu ada.

Ada cara untuk melakukan perhitungan biaya overhead dengan cara di bawah ini:

Gaji tetap + (jam mesin x tarif mesin)

Pada seluruh komponen untuk biaya standar tersebut kecuali tarif tenaga kerja bisa dihitung dengan nilai estimasi yang mendekati. Berbeda dengan tarif tenaga kerja langsung yang memang sudah ditetapkan tarif per jamnya. Dan untuk standard costing ini memiliki rumus di bawah:

Biaya standar = tenaga kerja langsung + Bahan Langsung + Biaya Overhead
Baca juga: Pengertian Distribution Center

Jenis Standard Costing

Jenis standard costing
Jenis standard costing, sumber gambar: pexels.com

Setelah kamu mengetahui beberapa penjelasan di atas sebenarnya sudah sedikit membuat mudah memahami perhitungan biaya ini. Akan tetapi, ada pemahaman yang lebih kompleks karena biaya standar memiliki jenis-jenis yang berbeda. Untuk tingkat keketatannya bisa dilihat dari kategori:

1. Standar Normal

Jenis yang pertama adalah standar normal yang memiliki pengertian untuk perkiraan biaya di masa mendatang. Biaya ini akan ditentukan dengan kondisi ekonomi atau aktivitas normal yang biasanya terjadi di masyarakat.

Dalam jenis ini, biaya standar akan digunakan dalam mempertimbangkan rata-rata biaya pada masa lalu. Setelah itu, baru disesuaikan dengan keadaan yang terjadi di masa depan.

2. Standar Teoritis

Jenis kedua adalah standar teoritis yang bisa dibilang sebagai parameter ideal. Memang untuk standar ini jarang digunakan karena implementasinya dirasa cukup sulit dan susah dilakukan. Faktanya, standar ini sebenarnya memiliki tingkat efisien yang tinggi dan baik digunakan dalam jangka waktu panjang.

3. Biaya Rata-Rata

Seperti jenis pertama, biaya rata-rata juga didapatkan dari perhitungan rata-rata yang didapatkan dari biaya masa lalu. Berbeda dengan standar teoritis karena biaya rata-rata memiliki sifat yang fleksibel namun biayanya tak efisien karena diikutkan.

4. Pelaksanaan Terbaik

Selanjutnya adalah juga biaya standar dengan jenis pelaksanaan terbaik. Perhitungannya memang banyak digunakan karena kriteria yang digunakan sangat baik jika digunakan untuk mengukur proses bisnis yang terjadi.

Pelaksanaan terbaik ini kerap dilakukan dengan menentukan tingkat pelaksanaannya yang mungkin saja bisa diraih. Akan tetapi, harus tetap mempertimbangkan hal-hal yang dirasa tidak cukup efisien dalam menjalankan bisnis.

Perbedaan Standard Costing dan Actual Costing

Banyak pertanyaan yang muncul seperti apakah biaya standar berbeda dengan biaya aktual (actual costing)? Jawabannya adalah berbeda karena biaya standar kerap digunakan di awal sebagai perkiraan biaya operasional perusahaan dan dijadikan sebuah patokan.

Berbeda dengan biaya aktual yang muncul setelah pengeluaran kas atau jumlah biaya sesungguhnya pada operasional. Jika dilihat dari pengertiannya maka actual costing merupakan biaya nyata yang terjadi dan bisa diketahui di akhir periode.

Kekurangan Standard Costing

Tidak bisa dipungkiri bahwa biaya standar merupakan poin penting untuk bisa menghitung biaya produksi. Akan tetapi, tentu saja metode ini memiliki kekurangan tersendiri. Pasalnya, biaya ini bersifat prediktif sehingga akurasinya tidak bisa ditentukan dengan tepat.

Bahkan, beberapa perusahaan akan yang sangat kaku menggunakan biaya standar ini. Sifatnya memang kurang fleksibel bahkan jika digunakan dalam jangka pendek. Tidak menutup kemungkinan bahwa akan terjadi permasalahan dalam persediaan perusahaan.


Dengan mengetahui pembahasan mengenai standard costing di atas maka kamu bisa menggunakannya dengan baik. Bahkan perusahaan bisa memperkirakan biaya di masa depan dengan melakukan persiapan yang matang dan terukur.

Penerapan metode ini bisa saja digunakan sebagai alat untuk kontrol perusahaan sehingga bisa mendapatkan keuntungan yang lebih maksimal.

Biasanya untuk perencanaan inventory juga bisa dilakukan dengan baik. Dan tentu saja akan membuat bisnis berjalan dengan lebih efektif dan efisien serta keuntungan yang didapatkan bisa lebih banyak dibandingkan periode sebelumnya.

Supaya bisa mengurus inventory dan pergudangan lebih baik, kamu bisa gunakan Kompack! Kompack adalah solusi masalah pergudangan , manajemen, sampai pengemasan barang. Yuk kunjungi website kami di www.kompack.id 

Bayu Kurniawan

SEO Specialist di Komerce, berpengalaman lebih dari 4 tahun dalam SEO dan sangat tertarik pada digital marketing.

Tinggalkan komentar