Apa itu Build to Stock? Ini Bedanya dengan Build to Order 

komerce.id – Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur akan membutuhkan strategi atau model produksi yang tepat untuk memenuhi angka permintaan dari konsumen. Build to stock adalah salah satu model yang digunakan untuk mengatur jalannya produksi.

Tak hanya berfokus pada proses produksi, model ini juga punya pengaruh yang besar terhadap  keputusan perusahaan dalam merencanakan sumber daya. Namun ada banyak perusahaan yang lebih memilih untuk menggunakan model build to order.

Pada dasarnya kedua model ini memiliki banyak kesamaan dalam proses produksi. Jadi tidak heran jika masih ada yang kesulitan untuk membedakannya. Kalau kamu ingin mengetahui tentang apa itu build to stock dan perbedaannya dengan build to order, simak pembahasan lengkapnya berikut ini.

Baca juga: Pengertian Perpetual Inventory System

Apa Itu Build to Stock?

apa itu build to stock
Pengertian build to stock, sumber gambar: pexels.com

Untuk mengontrol persediaan barang, perusahaan membutuhkan metode inventory yang terbaik. Kebanyakan perusahaan manufaktur menggunakan metode build to stock atau make to stock karena dianggap lebih efektif. Berikut penjelasan tentang pengertian build to stock yang harus diketahui.

Build to stock adalah model dan strategi produksi yang digunakan perusahaan untuk mengatur persediaan produk. Pasalnya, ketika produk tersedia dalam jumlah yang cukup, perusahaan dapat memenuhi permintaan pasar di masa mendatang.

Pada model ini, perusahaan akan menempatkan konsumen sebagai yang paling berpengaruh dalam proses awal produksi. Ada beberapa karakteristik dari model build to stock yang perlu kamu ketahui, seperti:

  • Dapat menyimpan produk jadi
  • Angka ketersediaan barang tergantung pada waktu respon dan variabilitas permintaan dari konsumen.
  • Jika lead timenya singkat, maka angka persediaan jadi sedikit.
  • Konsumen tidak bersedia menunggu lama untuk mendapatkan pesanan.
  • Rencana produksi tergantung pada angka perkiraan permintaan.

Keuntungan Model Build to Stock

Model build to stock ini memiliki banyak keuntungan bagi perusahaan. Saat angka permintaan sedang rendah, perusahaan bisa memanfaatkannya untuk membuat rencana proses produksi yang lebih efisien. Sehingga nantinya bisa meminimalisir biaya dan mencegah terjadinya kekurangan stok.

Selain itu keuntungan lain dari model build to stock adalah perusahaan dapat menekan biaya lembur dan ongkos untuk perawatan mesin secara kasar di masa depan. Bahkan perusahaan bisa mempersiapkan kebutuhan produksi untuk memenuhi permintaan dengan cara yang lebih baik.

Kekurangan Model Build to Stock

Meskipun dianggap menguntungkan dan efisien untuk memperlancar proses produksi, namun model build to stock juga punya kekurangan. Salah satunya adalah model ini dapat menyebabkan biaya inventaris yang lebih besar.

Bahkan perusahaan berkemungkinan besar mengalami kerugian apabila rencana yang dibuat tidak dipikirkan secara matang. Oleh karena itu, biasanya model build to stock lebih cocok diterapkan untuk produksi yang angka permintaannya bisa diprediksi dengan akurat.

Baca juga: Pengertian Distribution Center

Contoh Build to Stock

contoh build to stock
Contoh build to stock, sumber gambar: pexels.com

Sebelum menerapkan suatu model inventory, perusahaan harus mempelajari contoh penerapanya terlebih dahulu. Tujuannya supaya nantinya bisa menyusun rencana yang matang. Berikut adalah penjelasan tentang contoh penerapan model build to stock.

Contohnya, suatu perusahaan distro memproduksi cardigan rajut yang permintaannya selalu meningkat pada bulan Juni sampai Desember. Saat menerapkan model build to stock, perusahaan akan melakukan prediksi terhadap angka permintaan dan menyusun rencana produksi.

Rencana akan dibuat berdasarkan data inventaris pada periode sebelumnya. Dimana dalam data tersebut, angka permintaan yang meningkat akan mengurangi ketersediaan produk. Sehingga perusahaan harus menyusun rencana baru untuk memenuhi permintaan di masa mendatang.

Kapan Harus Memilih Build to Stock

Dibandingkan dengan model lainnya, build to stock adalah strategi terbaik untuk perusahaan dengan usaha produk pokok yang dibutuhkan oleh banyak konsumen. Misalnya seperti makanan olahan, mainan anak, alat tulis dan produk tekstil.

Dengan model build to stock, perusahaan busa menempatkan fokusnya pada produk yang sama pada setiap tahun. Selain itu perusahaan juga akan mendapatkan data penjualan untuk menyusun strategi order fulfillment yang lebih baik.

Selain bisa membantu untuk memperkirakan angka produksi yang harus dihasilkan setiap tahunnya, build to stock juga dapat digunakan untuk mempersiapkan peningkatan angka permintaan. Sehingga perusahaan bisa mencuri start untuk memproduksi suatu produk.

Cara Kerja Build to Stock

Sebenarnya dalam model build to stock, perusahaan membutuhkan prediksi angka permintaan yang akurat supaya bisa menentukan jumlah produk yang harus diproduksi. Artinya model ini baru bisa menjadi pilihan terbaik jika hasil perkiraannya tepat.

Menurut teori, model build to stock adalah cara yang digunakan perusahaan untuk mempersiapkan diri berhadapan dengan peningkatan atau penurunan angka permintaan. Jadi apabila prediksinya meleset, perusahaan tetap memiliki persediaan produk.

Kemungkinan terjadinya kesalahan ini merupakan kelemahan utama ketika perusahaan menerapkan model build to stock. Bahkan nantinya perusahaan bisa kelebihan persediaan, kehabisan stock, hingga mengalami kerugian pendapatan.

Selain itu, model ini juga menekan perusahaan untuk selalu melakukan inovasi dari waktu ke waktu. Sehingga perusahaan tidak bisa mempertahankan tingkat produksi pada angka yang stabil. Jadi tak heran jika perusahaan yang menggunakan model build to stock bergerak di bidang yang besar.

Baca juga: Pengertian Receiving Gudang

Sekilas Tentang Build to Order

build to order
Build to order, sumber gambar: flexis.com

Tak hanya build to stock, perusahaan-perusahaan ternama di dunia juga menggunakan model inventory lainnya, yaitu build to order. Model ini berfokus pada proses produksi barang setelah pelanggan melakukan pemesanan.

Biasanya perusahaan yang menerapkan model build to order adalah sektor industri khusus dengan fokus pada volume produk rendah namun kustomisasinya tinggi. Contohnya seperti perusahaan konstruksi dan manufaktur pesawat terbang.

Perbedaan Build to Stock dan Build to Order

Baik build to stock maupun build to order, sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun sebelum memutuskan ingin menerapkan yang mana, kamu harus mengetahui perbedaannya terlebih dahulu supaya bisa membuat prediksi yang akurat.

Build to stock adalah model inventory yang berfokus pada proses produksi sebelum ada permintaan dari konsumen. Sedangkan build to order sudah baru diterapkan apabila perusahaan sudah mendapatkan order atau pesanan dari pelanggan.

Jika menggunakan model build to stock, perusahaan akan membuat prediksi tanpa adanya angka permintaan yang jelas. Perusahaan hanya bisa melihat data penjualan pada periode sebelumnya untuk membuat perkiraan yang akurat.

Sedangkan perusahaan yang menerapkan model build to order, hanya akan melakukan produksi setelah konsumen melakukan pemesanan. Sehingga perusahaan kurang memperhatikan data riwayat penjualan di periode yang lalu.

Lalu lebih bagus mana antara build to stock dengan build to order? Sebenarnya keduanya sama-sama bisa diterapkan untuk mengontrol proses produksi. Namun kamu bisa memilih berdasarkan jenis produk yang dijual oleh perusahaan.


Build to stock adalah model terbaik untuk perusahaan dengan jenis produk yang seragam. Biasanya proses produksi model ini dilakukan secara massal. Sedangkan build to order lebih bagus digunakan untuk perusahaan yang butuh penyesuaian khusus berdasarkan preferensi konsumen.

Jika perusahaan kamu menjual barang pokok yang dibutuhkan oleh banyak konsumen, maka pilih model build to stock. Sehingga perusahaan dapat memprediksi angka permintaan sebelum memproduksi barang.

Bayu Kurniawan

SEO Specialist di Komerce, berpengalaman lebih dari 4 tahun dalam SEO dan sangat tertarik pada digital marketing.

Tinggalkan komentar